ScienceDaily (Nov. 14, 2008) — Penemuan tulang pinggul wanita Homo erectus dapat membuat ilmuan mere evaluasi bagaimana manusia purba berevolusi menjadi para pelahir bayi berotak besar.
“Ini adalah pinggul wanita Homo erectus paling lengkap yang pernah ditemukan dari masa ini,” kata paleoantropolog Indiana University Bloomington , Sileshi Semaw. "Penemuan ini member kita informasi lebih akurat mengenai bukaan pinggul wanita Homo erectus dan berarti ukuran bayi mereka yang baru lahir.”
Sebuah rekonstruksi dari pinggul berusia 1,2 juta tahun ditemukan tahun 2001 di Daerah Studi Gona di Afar, Ethiopia, yang membawa para peneliti berspekulasi kalau pria purba lebih baik terlengkapi dari sebelumnya dalam menghasilkan bayi berotak besar. Fosil ini kini tetap ada di Ethiopia.
Penemuan ini akan diterbitkan di Science minggu ini (14 nov) oleh Semaw, pemimpin proyek Gona di Etiopia, dimana fosil pinggul ini ditemukan dengan enam ilmuan lain termasuk mahasiswa lulusan Department of Geosciences IU Melanie Everett.
Merekonstruksi potongan tulang pinggul dari wanita dewasa 1,2 juta tahun lalu, Semaw dan rekannya menemukan saluran lahir leluhur purba kita lebih dari 30 % lebih besar dari perkiraan sebelumnya berdasarkan pinggul pria berusia 1,5 juta tahun lalu yang ditemukan di Kenya. Fragmen wanita baru ini ditemukan di Daerah Studi Gona di Afar, Etiopia, tahun 2001 dan sepenuhnya tergali tahun 2003.
Ilmuan juga terkesan oleh atribut lain dari specimen ini, seperti postur yang lebih pendek dan bentuk tubuh lebih lebar dari yang umum ditemukan pada hominid yang teradaptasi pada iklim sedang, bukan tinggi dan jangkung yang dianggap lebih efisien untuk daya tahan dalam lari.
Manusia p[urba menjadi semakin tinggi dan jangkung seiring wantu, ilmuan yakini, sebagian karena berlari jarak jauh dan membantu mereka menjaga suhu tubuh yang tetap. Salah satu akibatnya, adalah pinggul yang lebih sempit dan berarti tidak membantu dalam melahirkan bayi berotak besar.
Namun bukan hominid tinggi jangkung dengan pinggul sempit, Samow dan para peneliti Gona menemukan bukti hominid yang siap melahirkan bayi dengan otak yang besar.
“Anatomi pinggul Homo erectus wanita pada dasarnya tidak diketahu,” kata Semaw. “Dan sejauh fosil pinggul hominid purba, kita hanya punya Lucy (berasal dari 3,2 juta tahun lalu dan juga ditemukan di Ethiopia), dan ia jauh lebih purba dari manusia modern.”
Para ilmuan yang mempelajari manusia purba menemukan potongan tengkorak dan gigi, sementara tulang dari leher kebawah jarang ditemukan. Lebih sulit lagi menentukan tulang fosil Homo erectus yang dapat dikenali sebagai milik seorang wanita .
Ilmuan telah menganggap kalau wanita dewasa purba Homo erectus, karena kecilnya saluran lahir, akan menghasilkan bayi dengan ukuran otak neonatal yang terbatas. Bayi ini akan mengalami pertumbuhan otak cepat sementara masih mengembangkan ketidak dewasaannya, membawa para peneliti pada memvisikan sebuah scenario kelahiran yang lebih sulit dari manusia modern. Namun teori-teori ini telah didasarkan pada ekstrapolasi dari kerangka pria yang ada dari Kenya.
“Penemuan ini akan member kita informasi yang lebih akurat,” kata Semaw. Semaw juga seorang ilmuan riset di Stone Age Institute, sebuah pusat riset di dekat Bloomington yang didedikasikan untuk mempelajari evolusi dan kebudayaan manusia purba. Ia bekerja sama dengan CRAFT Center for Research into the Anthropological Foundations of Technology dari Indiana University.
Gona telah menjadi situs penggalian produktif bagi Semaw. Tahun 1997 Semaw dan koleganya melaporkan alat batu tertua yang diketahui dipakai oleh manusia purba. Lalu tahun 2004, ia menulis paper yang meringkat sifat geologis Gonad an cornucopia situs ini pada fosil hominid yang merentang beberapa juta tahun. Pada waktu itu, Science menganugerahkan artikel ini sebagai “Pilihan Editor”. Tahun 2005 ia dan koleganya menerbitkan sebuah artikel di Nature mengumumkan penemuan Ardipithecus ramidus, salah satu hominid purba tertua, berasal dari antara 4,3 hingga 4,5 juta tahun lalu.
Scott Simpson (Case Western Reserve University School of Medicine dan Cleveland Museum of Natural History), Jay Quade (University of Arizona), Naomi Levin (University of Utah), Robert Butler (University of Portland) dan Guillaume Dupont-Nivet (Utrecht University, Netherlands) juga ambil bagian dalam laporan ini. Dukungan riset disediakan oleh Leakey Foundation, National Science Foundation, National Geographic Society dan Wenner-Gren Foundation.
Pengarang berterima kasih pada Authority for Research and Conservation of Cultural Heritage dan National Museum of Ethiopia atas izin dan dukungan riset.
http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=1662
Tidak ada komentar:
Posting Komentar